Tuesday, April 16, 2013

Hidup, Hukuman, Mati...

Posted by Unknown On 3:19 AM No comments

Suatu hari di penghujung malam. Ingatlah sahabat akan kepastian yang akan mendatangi setiap jiwa. Sesaat sebelum engkau memejamkan mata, heninglah sejenak dan ingatlah tentang kehidupan. Renungkanlah setiap perbuatan. Sudahkah ia bermakna? Sudahkah ia menjadi sebuah warna bagi kehidupan? Bukalah mata hati dan jujurlah pada dirimu. Sudah pantaskah diri ini? Sudahkah kita tinggalkan jejak terbaik bagi kehidupan manusia? Ataukah hanya menjadi debu di atas batu yang hilang tertiup angin?

Rasulullah saw. Pernah bersabda,”Orang yang cerdas (bijak) itu adalah orang yang selalu mengingat kematian. Wahai manusia.. sudah lupakah kita dengan kepastian ini? Dunia ini adalah kumpulan ketidakpastian, namun ada satu yang pasti bahwa kita akan mati. Kematian adalah sebuah gerbang menuju kehidupan selanjutnya.

Teringat sebuah kisah dari sebuah buku. Ada seorang raja yang bijaksana, memimpin negeri dengan jujur dan adil. Sang raja meskipun memiliki tahta yang tinggi, ia hidup layaknya rakyat biasa, makan sebagaimana halnya rakyat biasa, dan tidak menghabiskan waktuya hanya dengan berpesta. Sang raja ini memiliki seorang adik yang memiliki kebiasaan yang jauh dari sang kakak. Adik raja ini terbiasa hidup berfoya-foya, terbiasa lupa diri, meskipun bukan raja namun bertindak seolah raja,  hidup tanpa peduli dengan kehidupan yang seharusnya dijalani, stress berat saar masalah menghadang, dan berpesta-pora di setiap hari jika sebuah problem berhasil dilewati.

Melihat kelakuan sang adik, Raja yang bijak pun memiliki rencana untuk memberikan pelajaran kepada adiknya ini. Ia merancang sebuah rencana bersama dengan menteri-menterinya untuk “menjebak” sang adik. Skenario pun dimulai.

Sang kakak mandi di pemandian umum, kemudian ia menaruh jubah dan mahkotanya begitu saja. Sang adik sedang berjalan-jalan dengan para menteri. Diatur sedemikian rupa sehingga sang adik melintasi pemandian umum dan melihat mahkota serta jubah raja yang tergeletak begitu saja. Melihat benda-benda itu sang adik pun menjadi tergoda untuk memakainya. Para menteri berkata pada sang adik,”Wahai Pangeran, cobalah mahkota dan jubah itu. Siapa tahu Anda akan merasakan bagaimana rasanya menjadi raja suatu saat nanti.” Namun, meskipun sang adik tergoda sang adik tidak mau memakainya. Para menteri yang sudah berskenario terus memaksa dan memuji-muji sang adik sampai akhirnya ia mengenakan mahkota dan jubah itu. Sang kakak pun datang dan memergoki adiknya menggunakan mahkota dan jubah kerajaannya. Sang raja  berkata,”Wahai adikku, apa yang kau lakukan? Kenapa kamu menggunakan jubah dan mahkotaku? Apakah engkau ingin memberontak kepadaku?”. Dengan ketakutan sang adik menjawab,”Tidak, wahai raja.. aku tidak bermaksud demikian. Aku hanya....”. “Cukup! Aku tak mau lagi mendengar alasan lagi darimu. Kamu harus mendapat hukuman. Berikan ia hukuman mati di 7 hari mendatang karena berencana  memberontak padaku!” ucap sang raja. “Tapi, Raja.. tolong ampuni aku. Aku tak akan lagi mengulangi kesalahanku.” sang raja berkata,”Tidak bisa! Hukuman harus dilakukan. Tapi, baiklah agar engkau bisa mati dengan bahagia dan karena engkau sudah terlanjur memakai mahkota kerajaan itu, dalam 7 hari ini kamu boleh bertindak sebagai raja. Kamu boleh melakukan apapun, makan sepuasnya, berpesta sepuasnya, kamu bisa memiliki selir-selirku, dan segala kekuasaan raja.”

7 hari pun berjalan. Saat hari eksekusi tiba. Sang adik yang terlihat begitu frustrasi dihadapkan pada sang raja. “Adikku, selama 7 hari kujadikan engkau seorang raja, bagaimana perasaanmu? Apa yang telah kau lakukan? Apakah kau menikmatinya?” Sang adik menjawab,”Bagaimana mungkin aku bisa menikmati itu semua sedangkan setiap waktu dalam pikiranku aku selalu teringat bahwa kematian itu akan datang padaku. Bagaimana aku bisa bersenang-senang sedangkan aku tahu bahwa hukuman mati itu akan datang”

Sang raja pun tersenyum karena sang adik telah mengerti dengan pelajaran yang telah direncanakannya, akhirnya sang adik pun dibebaskan dan sang adik hidup dengan lebih baik dari sebelumnya.

Kehidupan adalah sebuah hukuman mati bagi kita. Kita tak tahu kapan hukuman itu terjadi tapi hukuman itu pasti datang. Bisa 3 hari lagi, 3 pekan lagi, 3 tahun lagi. Kita tak pernah tahu. Kematian memberikan pelajaran pada kita tentang apa arti hidup, apakah untuk hidup bergelimang kekayaan? Hidup dalam kemewahan? Atau hidup dalam kebahagiaan yang hakiki?

Kematian mengingatkan pada kita bahwa kita ini sedang dalam pertunjukan amal. Sehebat apakah kita memainkannya sehingga saat kita meninggal kita telah memainkan orkestra kehidupan kita dengan sebaik-baiknya dengan harmonisasi yang luar biasa.

Kematian memberikan pelajaran pada kita bahwa kehidupan ini adalah sebuah “masa yang akan berlalu”. Saat-saat bahagia di kehidupan ini tak akan berlangsung lama sehingga kita akan tetap teguh dalam apa yang benar dalam menjalani kehidupan ini. Begitu juga dengan saat-saat sedih, ia pun akan berlalu sehingga kita menjalaninya dengan penuh semangat dan motivasi.

Terakhir, kematian memberikan pelajaran bagi kita bahwa hidup ini ga cuma tentang kerja jadi apa nanti, jabatannya apa nanti. Hidup ini adalah tentang bagaimana kamu memberikan yang terbaik dalam setiap kesempatan. Hidup ga Cuma tentang berapa Ip kamu , tapi juga tentang sebermanfaat apa ilmu itu?  kehidupan ini sementara, sehingga karena sifatnya yang sementara itulah setiap sisi dalam kehidupan ini harus dimaksimalkan. Ia tidak berbicara tentang seberapa lelah kamu dalam mendapatkan hasil. Tapi seberapa lelah kamu belajar untuk lebih baik di setiap hari kamu bangun tidur.

Sumber”
Al Hadits
Buku “Cacing dan Kotoran Kesayangannya”

Penulis: Ilham Muhammad

0 comments:

Post a Comment

Site search