Tentu saja konteks senyum di sini bukanlah senyum sinis,
ataupun senyuman gelap lainnya, melainkan senyum penuh ketulusan yang bertujuan
mencerahkan suasana, menyalurkan keramahtamahan dan kebaikan. Wajah yang
tersenyum mencerminkan sebuah pribadi yang rendah hati dan tidak angkuh terhadap orang lain. Bukankah terdapat
larangan bersikap angkuh kepada orang lain ketika bertemu, di dalam Al-Qur’an?
وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا
إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).
Ibnu Katsir menjelaskan mengenai ayat tersebut, “Janganlah palingkan wajahmu dari orang lain
ketika engkau berbicara dengannya atau diajak bicara. Muliakanlah lawan
bicaramu dan jangan bersifat sombong. Bersikap lemah lembutlah dan berwajah cerialah di hadapan orang lain” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim,
11: 56).
Memang memulai sebuah senyuman kadang
tidak mudah, terlebih lagi melakukannya di hadapan orang yang selalu antirespek
terhadap kita. Akan tetapi, haruskah kita selalu mengharapkan jawaban senyuman
dari orang lain, toh menebar senyum
adalah sebuah kebaikan, dan seremeh-temeh apapun kebaikan insyaAllah akan
bernilai pahala apabila dilakukan secara ikhlas. Bahkan senyuman pun turut
merupakan bagian dari sedekah kita terhadap orang lain.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda: “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu
berupa cerahnya wajahmu terhadap saudaramu” (HR. Muslim, no. 2626)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah” (HR. Tirmidzi 1956,
ia berkata: “Hasan gharib”. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At
Targhib)
Senyuman yang tulus mampu menghibur hati
orang-orang yang melihatnya, terutama bagi mereka yang sedang kalut dalam
sebuah masalah. Senyuman merupakan energi positif yang sifatnya menular dan
mengajak orang lain untuk ikut tersenyum pula. Dan, senyuman sebenarnya adalah perihal
yang paling dicari dari sebuah perbincangan. Kehadirannya membuat obrolan
menjadi nyaman, mengalir, dan lebih mudah diterima. Ibarat oase di padang
pasir, sebuah senyuman menyejukan hati siapa saja yang memandangnya. Dan kita
semua tahu segersang apa bicara dengan orang yang raut mukanya ditekuk-tekuk,
tanpa senyuman.
Rasulullah sendiri merupakan pribadi yang murah
senyum terhadap para sahabatnya.
Dari Jarir radhiallahu’anhu,
ia berkata,
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menghalangiku sejak aku memberi salam dan
beliau selalu menampakkan senyum padaku” (HR.
Bukhari no. 6089 dan Muslim no. 2475).
Terlepas dari dampaknya terhadap orang lain,
senyuman juga memiliki manfaat bagi diri kita sendiri, di antaranya ;
1.
Senyum yang ikhlas tanpa paksaan dapat menghindarkan
diri dari penyakit kardiovaskuler, senyum dapat menghasilkan β endorphin oleh
otak yang berfungsi melebarkan pembuluh darah dan menghambat epinefrin. Apabila
kadar epinefrin tinggi akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah dan juga
merangsang gerak jantung lebih cepat sehingga dapat menyebabkan hipertensi yang
dapat berdampak terhadap timbulnya penyakit stroke (karena pendarahan) serta
penyakit jantung.
2.
Menimbulkan efek relaksasi, perasaan bahagia dan
menurunkan tingkat stress di dalam tubuh.Dalam hal ini, senyuman bisa
memperbaiki ritme emosi dalam keadaan yang kurang menyenangkan.
3.
Ketika seseorang sedang marah/stress, ia kehilangan
banyak kalium akibat berkontraksinya banyak otot sehingga dapat menyebabkan
orang tersebut terkena Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah),
sedangkan seseorang yang tersenyum akan merelaksasikan kontraksi ototnya
sehingga dapat mereduksi pengeluaran kalium lebih banyak. Untuk fungsi kalium
itu sendiri adalah meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi
otot, dan membantu tekanan darah.
Berkaca pada keutamaan sebuah senyuman beserta
manfaat yang diperoleh darinya, maka sudah sepantasnya kita mampu menebar
senyuman tulus terhadap orang – orang di sekitar kita. Apalagi telah diketahui
bahwa jumlah otot yang digunakan untuk tersenyum lebih sedikit daripada yang
digunakan ketika kita cemberut.
Jadi, mengapa masih enggan untuk tersenyum?
No comments:
Post a Comment