Tuesday, February 25, 2014

Mengapa Enggan Tersenyum?

 Ya, kenapa harus malu untuk tersenyum? Setiap orang pasti senang apabila disambut dengan senyuman hangat. Mereka yang sering menabur senyuman kepada orang lain kerapkali dianggap sebagai orang yang ramah, supel, ataupun periang. Meski ada juga beberapa yang  dianggap aneh, yang notabene terjadi karena ia tersenyum dalam situasi yang kurang tepat atau juga tidak pada tempatnya. Misalnya saja tersenyum saat melihat rumah orang lain kebakaran. Tentu saja  itu aneh dan juga menepiskan nilai – nilai kemanusiaan. Siapa toh yang tega tersenyum penuh kemenangan melihat orang lain mengalami kerugian? Jahat aja, dan mungkin patut dicurigai.

Tentu saja konteks senyum di sini bukanlah senyum sinis, ataupun senyuman gelap lainnya, melainkan senyum penuh ketulusan yang bertujuan mencerahkan suasana, menyalurkan keramahtamahan dan kebaikan. Wajah yang tersenyum mencerminkan sebuah pribadi yang rendah hati dan  tidak angkuh terhadap orang lain. Bukankah terdapat larangan bersikap angkuh kepada orang lain ketika bertemu, di dalam Al-Qur’an?



وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
 “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).
Ibnu Katsir menjelaskan mengenai ayat tersebut, “Janganlah palingkan wajahmu dari orang lain ketika engkau berbicara dengannya atau diajak bicara. Muliakanlah lawan bicaramu dan jangan bersifat sombong. Bersikap lemah lembutlah dan  berwajah cerialah di hadapan orang lain” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 56).
Memang memulai sebuah senyuman kadang tidak mudah, terlebih lagi melakukannya di hadapan orang yang selalu antirespek terhadap kita. Akan tetapi, haruskah kita selalu mengharapkan jawaban senyuman dari orang lain, toh menebar senyum adalah sebuah kebaikan, dan seremeh-temeh apapun kebaikan insyaAllah akan bernilai pahala apabila dilakukan secara ikhlas. Bahkan senyuman pun turut merupakan bagian dari sedekah kita terhadap orang lain.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu terhadap saudaramu” (HR. Muslim, no. 2626)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah” (HR. Tirmidzi 1956, ia berkata: “Hasan gharib”. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib)
Senyuman yang tulus mampu menghibur hati orang-orang yang melihatnya, terutama bagi mereka yang sedang kalut dalam sebuah masalah. Senyuman merupakan energi positif yang sifatnya menular dan mengajak orang lain untuk ikut tersenyum pula. Dan, senyuman sebenarnya adalah perihal yang paling dicari dari sebuah perbincangan. Kehadirannya membuat obrolan menjadi nyaman, mengalir, dan lebih mudah diterima. Ibarat oase di padang pasir, sebuah senyuman menyejukan hati siapa saja yang memandangnya. Dan kita semua tahu segersang apa bicara dengan orang yang raut mukanya ditekuk-tekuk, tanpa senyuman. 
Rasulullah sendiri merupakan pribadi yang murah senyum terhadap para sahabatnya. 
Dari Jarir radhiallahu’anhu, ia berkata,
 “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menghalangiku sejak aku memberi salam dan beliau selalu menampakkan senyum padaku” (HR. Bukhari no. 6089 dan Muslim no. 2475).
Terlepas dari dampaknya terhadap orang lain, senyuman juga memiliki manfaat bagi diri kita sendiri, di antaranya ;
1.      Senyum yang ikhlas tanpa paksaan dapat menghindarkan diri dari penyakit kardiovaskuler, senyum dapat menghasilkan β endorphin oleh otak yang berfungsi melebarkan pembuluh darah dan menghambat epinefrin. Apabila kadar epinefrin tinggi akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah dan juga merangsang gerak jantung lebih cepat sehingga dapat menyebabkan hipertensi yang dapat berdampak terhadap timbulnya penyakit stroke (karena pendarahan) serta penyakit jantung.

2.      Menimbulkan efek relaksasi, perasaan bahagia dan menurunkan tingkat stress di dalam tubuh.Dalam hal ini, senyuman bisa memperbaiki ritme emosi dalam keadaan yang kurang menyenangkan.

3.      Ketika seseorang sedang marah/stress, ia kehilangan banyak kalium akibat berkontraksinya banyak otot sehingga dapat menyebabkan orang tersebut terkena Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah), sedangkan seseorang yang tersenyum akan merelaksasikan kontraksi ototnya sehingga dapat mereduksi pengeluaran kalium lebih banyak. Untuk fungsi kalium itu sendiri adalah meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, dan membantu tekanan darah.
Berkaca pada keutamaan sebuah senyuman beserta manfaat yang diperoleh darinya, maka sudah sepantasnya kita mampu menebar senyuman tulus terhadap orang – orang di sekitar kita. Apalagi telah diketahui bahwa jumlah otot yang digunakan untuk tersenyum lebih sedikit daripada yang digunakan ketika kita cemberut.

Jadi, mengapa masih enggan untuk tersenyum? 

No comments:

Post a Comment